HORMAT MENGHORMATI HARGA MENGHARGAI
Oleh:
Reinhard Samah Kansil
Karena
kita saling membutuhkan, maka saling menghargailah kita.
Dalam bacaan kita, Rasul Paulus
memberikan beberapa petunjuk khusus bagaimana jemaat Korintus harus bersikap
terhadap sebagian orang yang secara menonjol sudah melayani kepentingan Kristus
di antara mereka. Ia menyebutkan Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus, sebagai
orang yang datang kepadanya dari jemaat Korintus. Yang digambarkannya tentang
mereka adalah bahwa mereka melengkapi kekurangan jemaat bagi dia, dan dengan
demikian menyegarkan rohnya dan roh
mereka (ay. 17-18). Mereka memberinya gambaran yang lebih sempurna
tentang keadaan jemaat dengan perkataan mulut mereka daripada yang bisa
diperolehnya melalui surat mereka, dan dengan demikian itu sangat menenangkan
pikirannya, dan sekembalinya mereka dari dia, akan menenangkan pikiran jemaat
di Korintus juga.
Kita berhutang hormat.
Ia menasihati supaya mereka menaati orang-orang yang demikian dan setiap
orang yang turut bekerja dan berjerih payah (ay. 16). Ini jangan
dipahami sebagai tunduk kepada atasan seperti dalam arti yang sesungguhnya,
tetapi sebagai pengakuan secara sukarela akan berharganya orang-orang itu.
Mereka secara khusus berutang hormat pada orang-orang ini, dan orang-orang itu
harus mereka segani. Perhatikanlah, sungguh mulia sifat mereka yang melayani
orang-orang kudus dan bekerja keras untuk membantu keberhasilan Injil, yang
mendukung dan mendorong hamba-hamba Kristus yang setia, dan berusaha membuat
mereka semakin berguna. Orang-orang seperti itu harus dihargai dan dihormati.
Paulus menyadari bahwa
dirinya bukan rasul super. Ia tidak serba bisa, juga tidak akan hidup
selamanya. Itu sebabnya ia perlu melatih dan memberi kesempatan bagi Timotius
dan digembirakan oleh kedatangan Stefanus. Jika kita bertanya-tanya apa rahasia
kebesaran Paulus, jawabnya ialah: ia menyadari kekecilan dirinya dan karena itu
membuka diri untuk bekerja sama dengan banyak rekan pelayanan dan memberi diri
untuk pelayanan bagi generasi muda.Yang tua menghargai yang muda.
Pernahkah Anda merasakan bahwa apa yang dilayankan Gereja kurang memberikan kemampuan iman bagi warganya dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari? Apabila pelayanan Gereja hanya bergantung pada bentuk verbal (khotbah) saja sekitar 30 menit pada hari Minggu, maka wajar bila jangkauan pelayanan Gereja menjadi sangat terbatas. Selain berkhotbah, Paulus juga mengunjungi jemaat-jemaat, hidup bersama mereka, mengenal mereka secara akrab. Tidak heran bila surat-suratnya terasa sangat kontekstual dan mengena.
Begitupun
kita, dituntut juga rasa saling menghormati dalam pelayanan. Sesama pelayan
hendaknya saling menghargai. Yang tua menghargai yang muda. Yang senior
menghormati yang yunior.
Di balik setiap keberhasilan pelayanan
selalu ada orang-orang yang lebih muda yang mendoakan, merintis,
menindaklanjuti kerja-kerja pelayanan bersama.
SEBAGAI
YANG LEBIH TUA, BERILAH KESEMPATAN SELUAS-LUASNYA KEPADA YANG LEBIH MUDA, DALAM
PELAYANAN. ITULAH KESEJATIAN SALING MENGHARGAI DAN MENGHORMATI.
#Salam_WOW
Pemesanan buku ini, hubungi: 0819 3255 1765 (WA/SMS)