(Kisah Para Rasul 11:19-30)
INDAHNYA MEMBERI
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Diberkatilah orang yang memberi tanpa mengingat dan yang menerima tanpa lupa. Memberi lebih banyak dari yang diharapkan orang, merupakan jalan baik untuk menerima kembali lebih banyak dari yang kita harapkan.
Memberi,
ciri gereja sejati.
Bacaan
kita mau mengatakan bahwa: Penganiayaan tidak menghentikan semangat Kristen
memberitakan Injil kepada orang Yahudi (ay. 19). Di antara yang memberitakan
Injil, ternyata sudah ada orang sebelum mereka yang juga memberitakan Injil
kepada orang Yunani, dan pelayanan ini pun diberkati Tuhan (ay. 20-21).
Berita
tentang penyebaran Injil ke Utara, harus dibuktikan kebenarannya. Untuk
membuktikannya, gereja di Yerusalem mengutus Barnabas. Barnabas mengajak Saulus
ke Antiokhia dan tinggal di sana selama satu tahun. Mereka mengajar banyak
orang, dan hasilnya memberi sumbangan abadi bagi Kekristenan karena dari
sanalah murid-murid disebut Kristen untuk pertama kalinya (ay. 26).
Perkembangan
yang mengagumkan ini juga diperkuat dengan kasih yang mereka tunjukkan terhadap
sesama Kristen yang terancam bahaya kelaparan (ay. 27-30), yaitu ketika gereja
di Yerusalem yang memiliki kemampuan mengajar, dibantu kebutuhan materinya oleh
gereja di Antiokhia, yang memiliki kebutuhan akan pengajaran. Di sinilah
prinsip memberi dan menerima terlaksana dengan indahnya.
Semakin banyak memberi semakin banyak menerima.
Jangan memberi dari apa yg kita punya, namun berilah apa yang
dibutuhkan orang lain. Sama seperti sinar mentari, memberi Kehangatan di hati. Mentari
memberi tak harap kembali, tidak memilih siapa yang ia sinari. Kebahagiaan akan
tumbuh berkembang manakala kita membantu sesama. Namun, bilamana kita tidak
mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan
bagaikan tanaman, harus terus disirami tiap hari dengan sikap dan tindakan
memberi.
Ini
cerita tentang seorang dokter yang bekerja di daerah terpencil Minnesota. Suatu
ketika salah satu keluarga penduduk asli Amerika memohonnya untuk datang dan
membantu penyembuhan nenek mereka yang sudah tua, yang sedang sakit parah.
Dokter itu datang, mendiagnosa keadaannya, dan kemudian memberi instruksi
terperinci untuk perawatannya.
Nenek
itu sembuh, dan beberapa minggu kemudian seluruh keluarga tersebut melakukan
perjalanan ke tempat praktek dokter tersebut di kota. Mereka menghadiahi dokter
itu sepasang moccasin (sepatu dari kulit yang halus bulunya) yang berusia 150
tahun buatan leluhur mereka. Ketika dokter itu mengajukan keberatan karena
menganggap pemberian itu terlalu bagus dan berharga, kepala suku itu menjawab,
“Anda telah menyelamatkan hidup ibu saya. Kami meminta dengan sungguh-sungguh
agar Anda bersedia menerima sepasang moccasin ini. KAMI TIDAK TERBIASA MENGUNGKAPKAN
PENGHORMATAN YANG BESAR DENGAN PEMBERIAN YANG MURAH.”
MEMBERI ADALAH BAHASA YANG BISA DIDENGAR OLEH ORANG TULI DAN
DILIHAT OLEH ORANG BUTA.
Salam WOW