Senin, 19 Juni 2017
SUNAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Bersunat dalam rangka kesehatan adalah sah. Baik adanya.
Tapi, bersunat agar dikenanNYA, nanti dulu!
Contoh (ay. 18) yang
diungkapkan oleh Paulus adalah mengenai bersunat atau tidak bersunat.
Orang-orang Yahudi menekankan sunat sebagai wajib hukumnya. Apakah orang
Kristen harus bersunat? Atau sebaliknya tidak perlu bersunat? Dalam hal ini, tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak
bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka.
Perkenanan Tuhan tidak mengenal batas.
Sunat tak berhubungan dengan perkenan Tuhan.
Intisari nasihat Paulus
(ay. 24): Hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan
Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil, adalah bermaksud untuk mengatakan, apabila engkau
dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, tinggalah engkau dalam keadaan
demikian. Dan engkau akan tetap dikenanNYA. Saat kita menanam padi, rumput ikut
tumbuh, tetapi saat kita menanam rumput tidak pernah tumbuh padi. Ketika kita berbuat yang dikenan Tuhan, kita akan
beroleh perkenan Tuhan.Ketika kita berbuat yang tidak dikenan Tuhan, kita tak
akan beroleh perkenanNYA.
Sunat yang memotong lalu membuang bagian
yang ‘kotor’ dari tubuh kita adalah sunat jasmani. Sunat yang memotong lalu
membuang bagian yang kotor dari hati, pikiran dan jiwa kita adalah sunat
rohani.
Namanya sunat hati.
Sunatlah hatimu yang dengki. Pikiranmu yang selalu buruk dan kotor. Sunatlah jiwamu yang kerdil dan hampa.
Lakukan berulang setiap kali engkau merasa perlu melakukan sunat rohani.
Tapi, jangan lakukan sunat jasmani
berulang, sebab akan fatal akibatnya.
Salam WOW