PUJILAH TUHAN HAI SEGALA YANG BERNAFAS
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Pujilah DIA dengan segala perkataan dan perbuatan
kita yang dipenuhi dengan Roh Kebenaran!
Pujilah DIA dengan segala perkataan dan perbuatan
kita yang dipenuhi dengan Roh Kebenaran!
Samudera raya gemetar
Bacaan kita hari ini, menegaskan bahwa pemazmur hendak mengingat apa yang telah diperbuat Tuhan bagi umat-Nya. Pemazmur menyimpulkan bahwa keadaan yang gelap pada saat itu akan berakhir dengan bahagia (ay. 12-13). Bahwa jalan Allah adalah kudus (ay. 14), maka baiklah kita merasa yakin saja bahwa Allah itu kudus dalam segala perbuatan-Nya, bahwa semua perbuatan-Nya itu layak dikerjakan-Nya dan sesuai dengan kemurnian serta kelurusan sifat-Nya yang kekal.
Bacaan kita hari ini, menegaskan bahwa pemazmur hendak mengingat apa yang telah diperbuat Tuhan bagi umat-Nya. Pemazmur menyimpulkan bahwa keadaan yang gelap pada saat itu akan berakhir dengan bahagia (ay. 12-13). Bahwa jalan Allah adalah kudus (ay. 14), maka baiklah kita merasa yakin saja bahwa Allah itu kudus dalam segala perbuatan-Nya, bahwa semua perbuatan-Nya itu layak dikerjakan-Nya dan sesuai dengan kemurnian serta kelurusan sifat-Nya yang kekal.
Dibagian lain, pemazmur berseru: “Engkaulah Allah yang melakukan sendiri keajaiban, yang mengatasi kekuatan makhluk mana pun. Engkau telah menyatakan, secara kasat mata, dan tanpa bisa dibantah, kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.” Apa yang telah diperbuat Tuhan bagi jemaat-Nya merupakan penyataan umum akan kemahakuasaan-Nya, sebab dalam hal itu Ia dengan jelas telah menunjukkan lengan-Nya yang kekal.
Kemudian daripada itu, Tuhan menunjukkan kebesaran-Nya dengan membelah Laut Teberau di hadapan mereka. Airmemberi jalan, dan sebuah lorong pun segera terbentuk bagi rombongan itu, seolah-olah mereka melihat Allah sendiri sebagai kepala pasukan Israel, dan mundur karena takut pada-Nya. Bukan hanya permukaan air tetapi juga bahkan samudera raya gemetar (ay. 17), dan melebar ke kanan dan ke kiri, dalam kepatuhan terhadap perintah-Nya.
Pujilah Tuhan hai jiwaku
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air. Ia mendadak gelisah. Ikan kecil itu ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu di mana air itu? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati."
Ternyata semua ikan tidak mengetahui di mana air itu. Si ikan kecil makin gelisah, ia terus berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman. Kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Di manakah air?" Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya."
Kita, kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil. Mencari kebahagiaan kesana kemari, padahal kita sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan mungkin sedang melingkupi kita sampai-sampai kita tak menyadarinya.
Saat kita menghitung hal-hal buruk, kita hanya akan melihat hal-hal yang buruk di sekeliling kita. Tapi ketika kita menghitung berkat, kita akan melihat berkat-berkatNya itu nyata dan ada di sekeliling kita. Karenanya, atas berkat yang telah kita terima, pujilah Tuhan hai segala yang bernafas. Disini, kini dan selamanya.
SEPERTI RUSA MERINDUKAN SUNGAI BERAIR,
DEMIKIANLAH JIWAKU MERINDUKAN ENGKAU, YA TUHAN.
DEMIKIANLAH JIWAKU MERINDUKAN ENGKAU, YA TUHAN.