TAK BERKESUDAHAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Bersyukurlah atas setiap masalahmu.
Sebab dibalik masalahmu,
berkat Tuhan tercurah tak berkesudahan.
.
Bersukacita sampai menangis.
Pada ayat 10 bacaan kita, dilukiskan:
Tampillah para imam membawa nafiri, dan orang-orang Lewi membawa ceracap. Cara
yang sama dengan yang diadakan pada saat Tabut Perjanjian dibawa memasuki
Yerusalem pada zaman Daud. Secara berbalas-balasan mereka menyanyi (ay. 11),
atau secara anti-fonal. Mazmur yang dinyanyikan dalam kesempatan ini
menunjukkan bahwa mereka sedang bersukacita besar. Dan seluruh umat
bersorak-sorak dengan nyaring. Sukacita mereka meluap-luap, sebab semua doa dan
harapan mereka selama puluhan tahun ' masa pembuangan kini digenapi di depan
mata mereka.
Dalam pada itu, ayat 12 dan 13 menggambarkan
hal yang sama: “Tetapi banyak menangis dengan suara nyaring sedang banyak orang
bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan”. Lima puluh tahun telah
berlalu sejak Bait Allah yang pertama dihancurkan, dan banyak orang lebih tua
yang pernah melihat Bait Allah yang lama itu menangis karena perbedaan mencolok
dalam hal ukuran dan kemegahan rancangannya. Dan betapa berbedanya pula rumah
Allah ini dengan Bait Allah Kerajaan Seribu Tahun yang telah dinubuatkan oleh
Yehezkiel, sangat disadari oleh orang Yahudi zaman itu. Pada saat Bait Allah
yang kedua diperbaharui pada 520 sM, tetap ada sejumlah orang tua ini yang
menangis lagi.
Ungkapan syukur.
Walaupun ingatan akan Tuhan dan kesetiaan
manusia pasang surut, kasih setia Tuhan tak pernah berubah. Itulah kebenaran
yang diakui seluruh umat Israel dengan menyanyikan nyanyian pujian dan syukur
untuk merayakan pembangunan dasar rumah Tuhan (11). Dalam penderitaan dan
dukacita yang telah mereka alami selama 70 tahun, membuat mereka sulit
mempercayai bahwa situasi mereka dapat pulih lagi. Bukankah Tuhan yang membuang
mereka dari tanah perjanjian itu? Namun saat ini mereka menyadari bahwa kasih
setia-Nya tetap sama. Perasaan kita pun cenderung pasang-surut tergantung
situasi. Apa yang dapat kita pelajari dari firman ini agar tidak
diombang-ambingkan pada saat ditimpa kesulitan?
Peletakan fondasi Bait Allah dirayakan bangsa
Yehuda yang pulang. "Seluruh umat bersorak-sorai dengan suara
nyaring" merefleksikan gegap gempita yang biasa dilakukan, untuk
menyatakan kesedihan atau sukacita di negara Timur Tengah. Generasi tua
menangis karena mengingat kemegahan Bait Allah yang sama. Sedangkan generasi
muda begitu bergembira melihat prospek yang ada di depan mereka. Marilah kita
tanamkan sikap menatap ke depan, mengharapkan apa yang akan Allah lakukan di
hari mendatang, janganlah tenggelam dalam masa lalu betapa pun gemilangnya.
Saudara seorang pemimpin? Bacaan kita
mengajarkan, bahwa: Seorang Pemimpin Gereja hendaknya memiliki Karakter
Bersyukur dalam dirinya. Karakter Bersyukur adalah: Bersikap pengucapan syukur,
berterima kasih, memimpin dalam penuh pujian kepada Tuhan. Seluruh kehidupan
kepemimpinannya adalah bentuk pengucapan syukur semata. Karena sebagai anak
Tuhan yang diberi tugas memimpin, Ia adalah orang yang sudah diurapi dan
memegang kendali kepemimpinan Gereja, selayaknya memimpin dengan ‘BERSYUKUR’.
RAHMAT TUHAN YANG SELALU BARU SETIAP HARI HARUS
MEMBUAT KITA TERUS BELAJAR SUNGGUH-SUNGGUH UNTUK MENGERTI APA YANG TUHAN MAU
BAGI HIDUP KITA.
#Salam_WOW
NOTE:
Renungan ini ditulis
bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya
kirimkan.
Kontak: 0818 0888 2611 (WA/SMS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar