Perpisahan adalah awal dari sesuatu
yang baru. Seperti Rajawali saat meninggalkan anak-anaknya. Seperti letupan
pada buih, yang hentakannya melahirkan pencerahan yang terbekal bagi hari esok.
Tak perlu sedih, tak perlu kecewa.
Seperti air yang selalu mengalir kebawah, perpisahan itu keniscayaan.
Meninggalkan dan ditinggalkan adalah bagian hidup seorang pelayan. Kelak,
setiap orang akan meninggalkanmu. Atau justru, engkau yang akan meninggalkan
mereka.
Selama masih didunia, tak ada
kebersamaan abadi. Bumi selalu berputar. Seperti anak panah yang melesat, Anak
panah itu akan berlari menuju sasaran. Dan busur bersiap lagi untuk melontarkan
anak panah yang lain. Itulah hidup dan kehidupan. Itulah pelayanan.
Perpisahan pasti berbekas. Setap
keratan dan sayatannya adalah hasil dari pisau tajam pelayanan yang mengukir
lembut setiap jengkal tubuhmu. Terima dan renungkan hal itu. Kelak, karena
perpisahan, engkau akan menjumpai bahwa setiap helai hatimu dan setiap lembar
kisah pelayanannmu menjadi karya indah dan berwarna.
Bukankah benang sari harus
meninggalkan tangkainya, lalu memeluk erat putik sari, untuk menjadi buah? Sama
seperti senja yang indah, selalu hadir sebagai titik pisah antara siang dan
malam. Begitupun perpisahan, ia sangat indah.
Mengapa?
Karena senja hanya berlaku singkat
saja. Senja akan berangkat malam. Kemudian kita akan beristirahat memulihkan
tubuh. Dan bangun esok pagi, dihari yang baru dengan semangat baru dan nafas
kehidupan baru untuk memulai pelayanan yang baru diladang pelayanan yang lain.
Ladang tuaian banyak, tapi pekerja
sedikit.
Selamat melayani. Tuhan memberkati
pelayanan saudara.
(Ditulis pada buku acara retreat
perpisahan presbiter "Agape" periode 2012-2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar