Oleh: Reinhard Samah
Kansil, M.Th
Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai.
Tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang
lain.
(Nelson Mandela)
Bacaan
kita hari ini adalah penggambaran Lukas terhadap
perjalanan pertobatan Paulus yang sebelumnya bernama Saulus menuju kebebasan
sejati.
Saulus sang pendosa
Ketika
Saulus kembali ke Yerusalem, dia tidak dapat bergabung dengan teman-teman
Yahudinya yang dulu (ay. 26) dan
beberapa orang Kristen yang tertinggal di kota itu curiga bahwa pengakuan iman
Saulus mungkin hanya alasan untuk melanjutkan penganiayaan terhadap gereja. Sementara itu, Barnabas mungkin sudah
mengenal Paulus sebelumnya atau dia adalah orang yang memiliki pandangan yang
tajam, sebab dia mengetahui kesungguhan Saulus dan memperkenalkannya kepada rasul-rasul (ay. 27). Rasul-rasul yang masih tertinggal di
Yerusalem ketika itu hanyalah Petrus dan Yakobus, saudara Yesus.
Dalam pada itu, Saulus sekarang sibuk
dengan pelayanan Injil di Yerusalem (ay. 28-29). Pelayanannya belum
menjangkau di luar ibu kota ke wilayah Yudea. Dia memusatkan perhatiannya
terutama kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Saulus
lolos dari kematian hanya karena pertolongan saudara-saudara Kristennya, yang
membawanya ke kota pelabuhan Kaisarea (ay. 30) dari mana dia berlayar ke
kota kelahirannya Tarsus di Kilikia. Lukas selanjutnya melukiskan
pertumbuhan. baik jumlah maupun rohani, dari jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria (ay. 31).
Gereja menunjukkan pertumbuhannya yang hebat
justru karena dianiaya. Alkitab menyaksikan kebebasan sejati seorang pendosa
bernama Saulus, untuk kita semua, secara
luar biasa.
Bebas
Spartakus bukan sekadar tokoh film yang melegenda, ia juga seorang
tokoh sejarah. Para sejarawan mengatakan bahwa ia mungkin seorang prajurit Roma
yang kabur, lalu ditangkap kembali, kemudian dijual dalam sistem perbudakan
sebagai seorang gladiator.
Semasa di sekolah gladiator di Capua, Spartakus memimpin sebuah
pemberontakan. Aksi pembelotan ini menarik perhatian sejumlah besar budak, yang
berkembang menjadi sekitar 70.000 budak. Mulanya, pasukan budak Spartakus
mengalami kemenangan-kemenangan yang spektakuler. Namun akhirnya mereka kalah,
dan para pemberontak yang tertangkap disalibkan di sepanjang jalan ke Roma.
Pengalaman Rasul Paulus sangat berbeda dengan Spartakus. Saulus
dari Tarsus (dikenal juga sebagai Paulus) dilahirkan sebagai orang bebas, namun
ditetapkan menjadi “budak”. Sudah ditetapkan bahwa
Saulus harus berhadapan muka dengan muka dengan Sang Juru Selamat yang ingin ia
lawan. Sejak saat itu, ia melayani Yesus dengan sepenuh hati.
Spartakus dipaksa untuk melayani seorang majikan Roma. Namun
Paulus, sebagai respons atas anugerah Allah, bersedia menjadi “budak” bagi
Yesus Kristus.
Di dalam hati orang percaya berkecamuk peperangan rohani antara
dosa dan kebenaran. Kita dapat menaati sang majikan dosa, atau kita berkata ya
kepada Allah Sang Pemberi anugerah yang telah membebaskan kita. Kebebasan
terbesar kita terletak dalam pelayanan kepada Dia yang menciptakan dan menebus
kita.
#Salam_WOW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar