MENGASIHI ADALAH TANDA
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th
Kasih Tuhan bagi kita adalah
motivasi terkuat kasih kita terhadap sesama.
Melalui berbagai macam alasan dan dorongan, Rasul Yohanes hampir tidak pernah menyebutkan kasih suci tanpa berbicara panjang lebar tentang pengamalannya, seperti yang ditulis dalam bacaan kita hari ini.
Bukan lidah tapi perbuatan
Allah yang
besar telah memberikan Anak-Nya untuk mati bagi kita (ay. 16). Karenanya,
mengapa kita tidak dapat menafsirkan ini sebagai Allah Firman? Inilah kasih
Allah sendiri, kasih Dia yang secara pribadi adalah Allah, meskipun bukan Bapa,
bahwa Ia mengenakan hidup, supaya Ia dapat menyerahkannya bagi kita! Inilah perendahan
diri, keajaiban, dan rahasia kasih ilahi, bahwa Allah berkenan menebus jemaat
dengan darah-Nya sendiri! Sudah pasti bahwa kita harus mengasihi mereka yang
sudah dikasihi Allah, dan dikasihi seperti itu.
Dalam pada itu,
kasih itu haruslah, pada tingkat berikutnya, penyayang, murah hati, dan peka
terhadap kebutuhan saudara-saudara (ay. 17). Allah berkenan membiarkan sebagian
saudara seiman untuk miskin, supaya orang-orang yang kaya dapat beramal dan
mengasihi mereka. Allah yang sama juga berkenan memberikan harta duniawi kepada
sebagian saudara seiman, supaya mereka dapat mengamalkan anugerah yang mereka
miliki kepada orang-orang kudus yang miskin. Mereka yang memiliki harta duniawi
harus lebih lagi mengasihi Allah yang baik, dan saudara-saudara mereka yang
baik, dan harus bersedia membagikannya demi mereka.
Rasul Yohanes
menginginkan supaya dalam segala hal kasih itu tidak dibuat-buat dan
betul-betul bekerja, bila keadaan memungkinkan: Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan
atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ay. 18). Pujian
dan sanjungan tidaklah pantas bagi orang-orang Kristen. Yang pantas adalah
ungkapan-ungkapan yang tulus dari perasaan yang kudus, dan pelayanan-pelayanan
atau pekerjaan-pekerjaan kasih.
Kasih
Menerima Yesus berarti menerima
kasih Allah. Izinkan Dia aktif, mengungkapkan kasih itu dalam perbuatan kita!
Dalam bukunya yang berjudul The Best Is Yet To Be (Yang Terbaik
Belum Datang), Henry Durbanville bercerita tentang seorang gadis kecil di
London yang mendapat penghargaan dalam suatu pameran bunga. Yang
diikutsertakannya adalah bunga yang ditanam di sebuah teko retak, yang selama
ini ditaruh di depan jendela loteng rumahnya yang kumuh. Ketika ditanya
bagaimana caranya ia merawat bunga seindah itu di lingkungan yang tampaknya tak
memungkinkan sehingga bunga itu dapat tumbuh indah, ia berkata bahwa ia selalu
memindah-mindahkan posisi bunga itu agar selalu terkena sinar matahari.
Bunga tersebut menjadi indah dan memenangi perlombaan karena tinggal
di dalam hangatnya sinar matahari. Ini mengingatkan kita pada perkataan Yesus,
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi
kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu". Dari sini kita dapat menarik
pelajaran bahwa kita harus terus menjaga diri agar tetap berada dalam
kehangatan kasih Kristus.
Kita tinggal dalam kasih Kristus tatkala kita menunjukkan kasih
kepada sesama. Yesus memperjelas hal ini dengan kata-kata-Nya, "Jikalau
kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku. Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya".
Kita dapat merasakan kehangatan kasih Kristus bila kita menaati
perintah-Nya untuk mengasihi dan melayani sesama. Begitulah caranya kita dapat
tinggal dalam kehangatan kasih-Nya!
#Salam_WOW
NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku karangan saya dibawah ini:
Pesan Buku ke 0818 0888 2611
Harga Rp. 65.000,- (+Ongkir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar