KAU TOLAK AKU SUKACITA
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Calvin berkata: “Anda harus tunduk kepada penderitaan tertinggi dalam rangka untuk menemukan penyelesaian sukacita”. Dalam dunia yang sedih, masukilah dengan sukacita. Kita tidak bisa menyembuhkan kesedihan dunia, tapi kita bisa memilih untuk hidup dalam sukacita.
Pikul penghinaan lanjutkan pelayanan.
Dalam bacaan ini diberitahukan kepada kita, bagaimana
orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu mengusir Paulus dan Barnabas keluar
dari negeri itu. Mula-mula mereka memalingkan muka dari kedua orang itu, dan
kemudian mengangkat tumit terhadap
mereka (ay. 50): Mereka
menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, menghasut orang banyak
agar menganiaya keduanya dengan cara mereka,
yakni menghina Paulus dan Barnabas sementara mereka melintas di jalan.
Kemudian Paulus dan Barnabas Mengebaskan debu kaki mereka sebagai
peringatan bagi orang-orang itu. Ketika meninggalkan kota, mereka melakukan
ini di depan orang-orang yang sedang duduk di pintu gerbang (ay. 51). Apa yang
terjadi selanjutnya? Ayat 52 mengatakan: Dan murid-murid, ketika melihat betapa Paulus dan Barnabas dengan
berani dan bersukacita bukan saja memikul penghinaan yang ditimpakan kepada
mereka, melainkan juga melanjutkan pelayanan, mereka juga terdorong untuk
berbuat serupa.
Terus
bersaksi walau ditolak.
Orang
Kristen dan gereja di Indonesia mengemban panggilan untuk bersaksi. Kita perlu
belajar bersaksi yang memperhatikan konteks dan dengan cara yang dialogis bukan
konfrontatif. Namun, jika semua faktor itu sudah kita pertimbangkan dan tetap
terjadi penolakan bahkan perlawanan, terimalah itu sebagai sifat Injil yang
memang selalu membawa akibat positif dan negatif. Jangan merasa gagal, takut,
dan malu bila ditolak. Kita harus terus bersaksi kepada lebih banyak orang yang
belum berkesempatan mendengar Injil.
Saya
memahami benar perasaan dan pengalaman Paulus di tolak. Saya juga ditolak
berkhotbah pada ibadah Minggu di Gereja saya sendiri. Tetapi saya tetap
bersukacita dan melanjutkan pelayanan. Puji Tuhan saya diminta berkhotbah
dibanyak Gereja lain. Saya memahami benar pikiran Paulus atas perlakukan yang
diterimanya. Sayapun ditolak mengajar kelas katekisasi di Gereja saya. Tapi
saya tetap bersukacita dan melanjutkan pelayanan saya. Puji Tuhan, saya dapat
mengajar tiga kelas Alkitab dan satu kelas online dengan murid yang cukup
banyak serta diminta mengajar sebuah sekolah teologi selain kelas PAK di
Universitas besar di Jakarta yang sudah lama berlangsung.
SUKACITA
ADALAH BENTUK PALING SEDERHANA SEDERHANA DARI UCAPAN SYUKUR. LANJUTKAN
PELAYANANMU DAN TETAPLAH SEMANGAT.
#Salam_WOW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar