Judul: PEREMPUAN 3D (Datang sebagai-Datang melintasi-Datang membawa)
Nas: Ibrani 9:11-12
9:11
Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah
yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan
manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, --
9:12 dan
Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus
bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan
membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang
kekal
Saudara-saudara Kekasih Kristus, mari kita renungkan 'D' yang pertama:
Datang Sebagai (ay. 1A)
“Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang
baik yang akan datang”
Kristus memulai waktu pembaharuan
ini dengan masuk sebagai Imam Besar ke dalam Kemah Suci surgawi atau kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, sambil mempersembahkan darah-Nya sendiri di atas tutup
pendamaian surgawi sebagai pendamaian. Dengan demikian kelepasan yang kekal telah diperoleh satu kali untuk
selama-lamanya melalui kurban abadi Anak Allah. Tindakan ini tidak perlu dan
tidak mungkin diulang lagi. Perbedaan antara darah kambing dan lembu jantan
yang harus dipersembahkan setiap tahun serta lambang seremonial lainnya dalam
sistem imamat Lewi dengan kematian Kristus yang mendamaikan kembali dijelaskan.
Betapa jauh lebih pentingnya darah Kristus yang oleh Roh yang kekal
telah mempersembahkan diri-Nya (dia pneumutos aioniou).
Yerusalem
adalah kota suci dunia. Ditengah-tengah kota ada bangunan suci bernama Bait
Suci. Bait Suci terbagi tiga ruangan. Ruang pertama untuk umat. Ruang kedua, Ruang
Suci untuk para Imam. Ruang terakhir, Ruang Maha Suci hanya khusus untuk satu
orang Imam. Namanya Imam Besar. Imam
besar adalah satu-satunya penghubung orang untuk datang kepada Tuhan. Kalau
Nabi tugasnya bernubuat. Maka Raja adalah bertugas memerintah. Sementara Imam
adalah penyelenggara Ibadah. Tiga fungsi ini: Raja-Imam-Nabi disandang
sekaligus oleh Yesus Kristus. Datang sebagai Imam artinya Yesus datang sebagai
penyelanggara Ibadah. Yang dimaksud dengan Ibadah disini adalah: ‘Perjumpaan
dengan Tuhan melalui proses mengingat rayakan Pemeliharaan Tuhan dalam hidup
kita’. Itu berarti bukan hanya Ibadah ritual saja, melainkan juga ibadah aktual
dan ibadah kontekstual. Kalau ibadah ritual adalah: : ‘Perjumpaan kita dengan
Tuhan melalui proses mengingat rayakan Pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita
melalui tata tertentu, melalui tata liturgi tertentu. Maka, Ibadah aktual
adalah: ‘Perjumpaan kita dengan Tuhan dalam mengingat rayakan Pemeliharaan
Tuhan dalam hidup kita melalui kehidupan aktual hari lepas hari.’ Sementara
ibadah kontekstual adalah: ‘Perjumpaan kita dengan Tuhan dalam mengingat
rayakan Pemeliharaan Tuhan dalam hidup melalui perjumpaan kita dengan sesama di
masyarakat dan lingkungan hidup di alam semesta. Contoh ibadah ritual: Ibadah
Hari Minggu, Ibadah Rumah Tangga, Ibadah Pelkat, dll. Contoh Ibadah Aktual:
Adalah ketika kita hampir saja kecelakaan maka saat kita mengingatnya sebagai
pemeliharaan Tuhan maka itu adalah ibadah aktual. Contoh ibadah kontekstual:
buang sampah pada tempatnya, menjaga kelestarian alam, memberikan
santunan kepada anakyatim piatu, dll.
Nasihat: Jadikanlah Tuhan sebagai
Imam Besar kehidupan kita.Jadikan Tuhan sebagai penyelenggara dan pemimpin
ibadah hidup dan kehidupan kita.
Saudara-saudara Kekasih Kristus, sekarang kita renungkan 'D' yang kedua:
Datang Melintasi (ay. 1B)
“Ia telah
melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang
bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini”
Perjanjian ini lebih baik karena Kemah Sucinya bukanlah
sebuah kemah di muka bumi, tetapi Kemah Sucinya adalah seluruh ciptaan Allah!
Perjanjian ini lebih baik karena persembahannya lebih baik; Yesus sudah
dikorbankan "satu kali untuk selama-lamanya." Perjanjian ini lebih
baik karena dahulu mereka "disucikan secara lahiriah," tetapi dengan
Perjanjian ini "hati nurani kita" disucikan. Dapat dikatakan bahwa
Perjanjian ini lebih baik karena dengan hati nurani yang sudah disucikan, kita
sudah bebas untuk memperhatikan "warisan kekal yang disediakan bagi
"mereka yang telah terpanggil". Jelas sekali bahwa yang dimaksudkan
dengan "warisan kekal" di sini adalah sama dengan apa yang dikatakan
dalam pasal. Warisan ini diperoleh dengan "iman dan kesabaran." Kita
yang sudah ditebus oleh darah Imam Besar kita, Yesus Kristus, berkesempatan
untuk meninggalkan "perbuatan yang sia-sia," dan mengejar warisan
kekal itu dengan hati nurani yang sudah disucikan.
Kemah suci adalah buatantangan manusia. Tapi, alam semesta
bukanlah buatan tangan manusia. Alam semesta dan segala isinya adalah ciptaan
Tuhan Sang Maha.Yesus sebagaiI mam Besar penyelenggara ibadah, penyelenggara
kehidupan telah melintasi kemah suci menuju kemah hidup dan kehidupan yang
lebih luas. Melintasi kemah suci di Yerusalem menuju kemah alam semesta
menembus ruang dan waktu. Melintasi Timur Tengah menuju peradaban dunia.
Melintasi sekat waktu ribuan tahun lalu menuju kekinian. Ibadah kita tidak
terbatas pada kemah suci. Tidak terbatas pada Bait Allah. Tidak terbatas pada
dinding-dinding Gereja. Ibadah kita seluas alam semesta ini. Ibadah kita adalah
melampaui sekat-sekat gedung gereja. Ibadah kita adalah hidup dan kehidupan itu
sendiri. Sama seperti Kristus yang datang melintasi kemah suci menuju dunia
yang penuh rawa paya ini, kita juga
harus hidup dan menghidupi kehidupan ini dengan melintasi sekat-sekat Gereja.
Nasihat: Membawa misi Allah keluar dari dinding-dinding Gereja adalah Ibadah yang sejati.
Saudara-saudara Kekasih Kristus, akhirnya kita renungkan 'D' yang ketiga:
Datang Membawa (ay. 2)
Dan Ia
telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus
bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan
membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang
kekal.
Darah mempunyai makna yang unik. Darah dicurahkan untuk
menyediakan kulit binatang yang menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Darah
dicurahkan untuk korban persembahan seperti yang ditetapkan Hukum Taurat. Darah
sangat bermakna, sehingga bangsa Israel dilarang untuk makan atau pun minum
darah. Darah tidak hanya sebagai lambang kehidupan, namun dicurahkan dalam
persembahan korban.
Darah di dalam persembahan korban Perjanjian Lama merupakan
lambang persembahan korban utama yang akan datang kelak. Darah yang
memungkinkan bangsa Israel menghampiri hadirat Allah, merupakan lambang yang
jelas dari darah yang dicurahkan di bukit Kalvari. Darah Kristus merupakan
sumber dan janji atas penebusan kekal yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada
kita. Selain itu darah Kristus juga menyucikan hati nurani kita. Semua
kesalahan, rasa malu dan semua cela yang disebabkan karena dosa terhapus sudah
oleh karena pengampunan-Nya yang dicurahkan bersama tercurahnya darah Anak
Domba Allah. Di dalam darah-Nya kita akan mendengar: "Aku akan menaruh
belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa
mereka".
Ketika kita mendapatkan pengampunan karena iman, hati nurani
juga dibersihkan dan disucikan. Dengan demikian kita dapat hidup beribadah
kepada Dia, Allah yang hidup. Tanpa penyucian dari darah domba Allah, manusia
adalah seperti sebuah mainan mobil dengan baterei yang kemudinya sudah dipatok,
agar jalannya terus berputar-putar. Demikian jugalah kita sebelum darah-Nya
menyucikan kita. Dosa sudah mematok arah hidup kita sehingga kita mau tidak mau
mengikuti kemana dosa membawa kita.
Nasihat: Jadikan Darah
Kristus pedoman untuk mengubah arah hidup kita, sehingga kita mulai berjalan
menuju kepada kebenaran-Nya.
Kita telah sampai pada akhir khotbah, karenanya, camkanlah dan renungkanlah hal ini: 1) Jadikanlah Tuhan sebagai Imam Besar kehidupan kita.Jadikan Tuhan sebagai penyelenggara dan pemimpin ibadah hidup dan kehidupan kita; 2) Membawa misi Allah keluar dari dinding-dinding Gereja adalah Ibadah yang sejati; 3) Jadikan Darah Kristus pedoman untuk mengubah arah hidup kita, sehingga kita mulai berjalan menuju kepada kebenaran-Nya.
AMIN.
#salamWOW (Words Of Wonderful)