PENSIUN KERJA, YES. PENSIUN MELAYANI, NO!
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th
Penampakan kedua kalinya.
Penulis Kitab 1 Raja-Raja bercerita sekitar 120 tahun masa pemerintahan
Salomo, selama 40 tahun (970-930 SM), dan sekitar 80 tahun sejarah kerajaan
yang terpecah (sekitar 930-852 SM). Sementara, bagian bacaan kita, menunjukkan,
Tuhan menampakkan diri kepada Salomo
untuk kedua kalinya (ay. 1-3). Pasal ini membahas janji dan peringatan.
Penampakan Tuhan yang pertama kepada Salomo terjadi di Gibeon.
Penampakan kedua kalinya kepada Salomo
ini, terjadi pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada
puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya.
Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap
setia dan taat kepada-Nya? Tak lain dan tak bukan, karena tujuan hidup dan
eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ay. 6-9), jika Salomo sebagai
rajanya tidak setia dan taat kepada Tuhan.
Ketika sampai dipuncak, yang tersisa hanyalah jalan turun.
Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Tuhan yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan yang menurun, antara tetap setia kepada Tuhan dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi Tuhan atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam pilihan hidup yang sulit.
Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Tuhan. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Tuhan, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan.
Kebenaran sejati yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di simpang jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung cara pandang hidup dan pelayanan kita, yaitu, siapa kita di hadapan Tuhan.
Tak ada pensiun
dalam melayani.
Ketika pesawat
kami mendarat di bandara Cengkareng, tepuk tangan meriah muncul dari antara
sekelompok karyawan perusahaan penerbangan. Kami merasa hal itu agak tidak
biasa terjadi, sampai akhirnya kami diberi tahu bahwa sang pilot baru saja
menyelesaikan penerbangan yang terakhir dalam kariernya. Ia akan pensiun besok,
dan saat itu rekan-rekannya mengungkapkan kebahagiaan mereka untuknya.
Bagi banyak
orang, pensiun berarti mengerjakan apa yang selama ini selalu ingin mereka
kerjakan: memancing; bermain gaple; bepergian. Orang-orang yang lain bekerja
keras agar dapat pensiun lebih awal, sehingga mereka dapat menikmati buah dari
kerja keras mereka selagi masih muda dan sehat.
Kita, pengikut
Kristus harusnya melihat masa pensiun secara berbeda. Dalam hati kita harus ada
tekad, begini: “Malam ini saya akan tidur. Besok pagi, jika Tuhan masih memberi
saya kehidupan, saya akan bangun dan melayani-Nya.” Tujuan hidup kita
satu-satunya adalah untuk memuliakan Kristus. Selalu ada pekerjaan yang dapat
dilakukan bagi Tuhan. Sepanjang kita hidup, Kristus dapat bekerja di dalam dan
melalui kita. Bagi kita, tidak ada masa pensiun dalam melayani. Pensiun dari
pekerjaan, niscaya. Pensiun dari melayani Kristus, tak kan pernah!
JANGAN
PERNAH MERASA SUDAH TIBA DIPUNCAK PELAYANANMU. JANGAN. KARENA SETELAHNYA HANYA
ADA JALAN TURUN. TAK ADA KATA “TURUN” DALAM PELAYANAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar