KEMULIAAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil
kita dipanggil
bukan hanya untuk memulai hal yang baik,
tapi juga
mengakhirinya dengan baik.
Dewa Dagon.
Ayat
2 bacaan kita, tertulis: Orang Filistin mengambil tabut Allah itu, dibawanya
masuk ke kuil Dagon dan diletakkannya di sisi Dagon. Dagon, Mungkin berasal
dari kata dag, "ikan," atau dari kata dagan,
'biji-bijian." Dewa ikan yang ditampilkan sebagai dewa yang kepala dan
tangannya seperti manusia serta tubuhnya seperti seekor ikan, disembah di Siria
dan dilukiskan pada sebuah ukiran timbul Asiria. Dalam pada itu, orang Filistin
yang tinggal di daerah penghasil gandum yang subur yakni Sephelah, menyembah
dewa gandum yang diambil dari wilayah Lembah Efrat. Dewa tersebut adalah Dagon
yang disebutkan di dalam prasasti Ras Syamra sebagai ayah Baal. Di Asdod
terdapat sebuah kuil untuk Dagon hingga zaman Makabe. Penempatan suatu tanda
kenangan di dalam kuil Dagon bukan merupakan tindakan yang aneh. Di dalam
tempat ibadah di Gezer dijumpai sebuah batu suci yang dibawa ke situ dari
Yerusalem sesudah sebuah kemenangan militer. Juga batu peringatan Hamurabi
diangkut pergi oleh orang Elam dan diletakkan di Susan.
Israel kalah! Logisnya orang Filistin akan berpikir Tuhan Israel pun kalah. Apalagi tabutnya berhasil dirampas. Sebagai ungkapan kesan itu, mereka menawan tabut Allah; ditempatkan di kuil Dagon (ay. 2). Lengkaplah kemenangan Filistin dan kekalahan Israel: Dagon lebih besar daripada Allah Israel! Betapa bodoh mereka. Israel yang mengusung tabut memang tidak otomatis dibuat menang oleh Allah. Dagon dan Filistin tidak dibiarkan Allah mempermainkan kemuliaan-Nya. Tuhan menunjukkan bahwa Dagon sama sekali tak berdaya. Dua kali Dagon dibuat bertekuk lutut di hadapan tabut Allah (ay. 3-4).
Tangan Allah menekan kuat penduduk kota Asdod (ay. 6). Timbullah bala sampar, wabah yang disebabkan tikus-tikus. Penduduk Asdod menyadari kekuatan dan kuasa Allah. Mereka bukannya insyaf, meninggalkan Dagon dan menyembah Yahwe. Mereka hanya memindahkan tabut ke kota Gat (ay. 8). Pengalaman itu membuat mereka beranggapan bahwa tabut itu adalah sumber kemalangan. Di Gat Tuhan menghajar penduduknya. Tabut dipindahkan ke Ekron. Penduduk kota itu dilanda kepanikan sehingga ada yang mati ketika tabut baru saja muncul (ay. 10-11).
Dewa orang Filistin itu mutlak kalah. Hancur berkeping-keping karena kuasa Allah. Tak ada dewa di muka bumi ini yang sanggup melawan Allah. Begitupun kita, jangan ada padamu Ilah lain. Apapun itu. Karenanya menyembahlah hanya pada Tuhan. Bukan yang lain. Nyatakanlah kemuliaan Tuhan dalam keseharian hidup berimanmu. Jangan curi kemuliaan Tuhan dengan pelayanannmu. Tuhan semakin ditinggikan, kita semakin direndahkan.. Jangan terbalik.
HIDUP YANG BERGUNA ADALAH HIDUP YANG
MENCERMINKAN KEMULIAAN TUHAN
#Salam_WOW/Pkh. 12:10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar